Masalah bahasa bukan masalah klaim dari suku tertentu ataupun ras tertentu, melainkan bahasa adalah bagian dari budaya setiap ceruk kehidupan dan lubuk-lubuk kecil komunitas manusia. Bahasa adalah proses dari perjalanan logika manusia. Bahasa punya masyarakat pendukungnya, jika itu tidak ada maka bahasa akan punah. Siapa pendukung bahasa itu?
Hampir semua bahasa dukun dan paramormal hanya sebuah logo, lambang, atau simbol. Ini yang di dekonstruksi oleh Derrida, kenapa filsafat selama ini hanya menghasilkan simbol dan logo? Derrida mencoba menjelaskan konteks-konteks simbol dengan bahasa, jadi sebenarnya derrida belajar menjadi dukun. Namun akhirnya Derrida pun menjadi sebuah pertanyaan baru bagi para ahli filsafat bahasa.
Hanya pola pikir ilmuwan tidak menyentuh sampai dimana para dukun pendukung bahasa itu melakukan praktek perdukunannya? Konteksnya apa? Sebenarnya jelas, setiap dukun meminta penjelasan mengenai masalah yang ingin diselesaikan oleh si pasien. Namun tentu saja tidak semua dukun bisa. Banyak pula dukun hanya menghafal do’a, mantra dan jampi-jampi. Dukun jarang belajar tentang konteks, yang kemudian mereka tidak mengerti makna yang sebenarnya dari praktek perdukunannya. Seperti para pendakwah yang hanya bisa mengutip kalimat-kalimat dalam kitab, namun tidak pernah menafsirkannya secara kontekstual.
“Bahasa jawa ke bahasa
Menurutku berbahasa adalah kenyamanan berucap, fonetik/akustiknya, bukan simbol yang tertera/letter. Kita bisa melihat dari bahasa-bahasa yang memiliki huruf/simbol/letter sendiri. Aku melihat sendiri dalam konteks bahasa arab, jawa dan jepang dan mungkin juga bahasa lain di dunia ini, bahwa huruf /letter/simbol selalu mengikuti pengucapan-rasa-ide, kebalikan dari teori fisika tentang halilintar yang menyebut bahwa suara akan datang setelah warna/cahaya.
Bagi bahasa yang memiliki huruf sendiri, akan selalu membuat perangkat huruf baru bagi kata-kata serapan, perangkat-perangkat ini muncul setelah ada pengucapan yang baru disesuaikan dengan langue setempat dari bahasa lain di luar komunitas pendukung bahasa aslinya.
Kita bisa melihat banyak contoh, semisal bahasa jawa yang mendominasi bahasa
Saturday, February 9, 2008
Bahasa bukanlah klaim dari suku atau ras tertentu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment