Tuesday, May 27, 2008

Luka, Cinta dan Penantian

Sia-sia sudah. 4 tahun kamu mencariku, hanya luka yang kamu dapat, dan sakitku terkuak kembali. Kita mungkin bisa bersama lagi, namun waktu yang tak mungkin di kejar terus menghanyutkan segala hasrat, mengalirkannya ke lautan kegundahan dan keraguan.

Kamu tak bisa melupakanku, sampai matipun kamu tak bisa menghilangkannya, katamu. Tapi kamu sudah memilihnya sebagai jalanmu, sebagai ujung dari penantianmu sendiri. Aku yang kini kau sambangi setiap hari hanya menurunkan bendera merah menjadi putih, aku berduka dan sakit yang terus menggerus rasa, mematikan begitu banyak semangat, menurunkan kadar darahku, aku memucat.

Kering hari-hariku yang tak mampu menolakmu, aku tak bisa sekejam yang orang-orang masukan dalam pikiranku, aku harus mencari penggantimu, namun hari demi hari kamu menghantui. Semua rasa serasa surut dan pasang tanpa terkendali. Aku bisa mengerti kamu, tapi kamu sepertinya tak mau mengerti aku.

Setiap jengkal tanah yang kupijak bergetar merontokkan keinginan yang selama ini ada dalam ingatan, aku menyambangimu dalam mimpi-mimpimu. Seperti dulu. Setiap kamu bercerita tentang kenangan masalalu, aku hanya bisa tersenyum sambil menelan ludah pahit. Asam lambungku berjingkrak naik.

Aku bohongi diriku sekian waktu, sekian kali kita bertemu. Namun itu adanya. Tak bisa ku elakan. Aku ingin mengalihkan semua dengan tawa dan senyum lain selain senyummu.

Aku mainkan gitar, seperti ketika aku memelukmu dalam setiap renungan dan penantian tanpa ujung. Kumainkan dawai-dawai kecil itu, ku renggut setiap nafasku untuk mu. Kuceritakan tentang semua itu dalam syair dan lagu, namun kamu tak pernah mau mengerti, yang ada adalah muram wajahmu, melipat wajah sengan mata berkaca-kaca, aku mengerti namun aku tak bisa menarikmu lagi dalam hatiku.

Terlalu perih bagiku, sakit ini tak mungkin terbunuh. Sepi ini selalu menghantui, aku menertawaimu hanya untuk menghibur diri, yang sebenarnya adalah sakitku sendiri. Kamu mencariku... ya... kamu mencariku selama itu, selama 4 tahun, ketika hantuku muncul dalam mimpi-mimpimu. Dan kamu berharap untuk bertemu dan bersama lagi.

Kau hancurkan harapanku, kau hancurkan semua mitos itu, "bila bertemu lagi berarti jodoh" namun. sekali lagi kamu menghancurkan aku dan harapanku. Hidupku yang hanya kepingan menjadi lebur. tenggelam dalam lautan gelap. aku hanya sebuah mimpi, dan kamu hanya sebuah kenangan.

Biarkan aku membusuk, biarkan aku membawa sakitku dalam setiap perjalanan dan selama nadi masih berdenyut. Tak bisakah kau pergi? pergilah! aku relakan, tapi aku tak rela kamu sakit.

1 comment:

Anonymous said...

--Kamu tak bisa melupakanku, sampai matipun kamu tak bisa menghilangkannya, katamu--
seperti berkaca di depan cermin..salam kenal mas :)